Disebut ktidaksengajaan karena memang ketika itu tanpa ada visi, apalagi missi, hampir tidak terlintas saat ini. Yang terpikirkan adalah bagaimana pemancar itu didirikan dengan keinginan orang-orang hanya terhibur dengan lagu-lagu yang dipesan (untuk atensi) dan siapapun bisa memesan sambil berkaraoke ria dengan berjualan kupon. Tentu saja hal tersebut dilatarbelakangi oleh munculnya berbagai radio amatir seperti jamur di musim penghujan. "Sangat banyak," kata pak Ari mengisahkan. Namun karena begitu banyaknya radio-radio bermunculan akhirnya RCB kalah pamor dengan pemancar yang lain atau tidak laku di tengah-tengah masyarakat. Sementara untuk pemancar itu sendiri harus mengeluarkan dana setidak-tidaknya untuk biaya beban listrik, dan belum lagi bila ada kerusakan.
Akhirnya para pendirinya itu berkeinginan untuk gulung tikar saja dan hanya diserahkan kepada Pak Ari Suminto. Menerima tanggung jawab tersebut pak Ari akhirnya mencoba untuk menangani radio tersebut dengan mengubah pola acara atau isi siaran radio amatir tersebut dengan lagu-lagu rohani dan lagu-lagu yang sifatnya memberi semangat kepada masyarakat. Ternyata perubahan tersebut mendapat tanggapan positif dari masyarakat di mana justru banyak pendengar yang memberikan respon.
Pada tahun 2001 RCB mengalami sedikit kesulitan dari sisi peralatan khususnya perangkat komputer. Sehingga pada tahun itu juga studio RCB pindah lokasi di Tegaldlimo Wringinpitu sampai saat ini. Kini RCB dengan segala keberadaannya telah melakukan berbagai macam kegiatan positif untuk memberikan wawasan positif kepada masyarakat dengan acara-acaranya yang dirasakan sangat berguna bagi masyarakat luas.
Selain itu berbagai kegiatan bukan hanya secara on air tapi juga melakukan kegiatan positif secara darat seperti melakukan temu pendengar setiap tahunnya, melakukan kegiatan pengobatan gratis, dan juga pembagian sembako bagi mereka yang sangat membutuhkan. Sehingga diharapkan kehadiran RCB bisa berguna bagi lingkungan masyarakat sekitar.
